DPP IMM menyatakan komitmennya dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dengan menghadiri dan berpartisipasi aktif dalam Konferensi Pemuda Indonesia untuk Gaza Palestina yang digelar di Gedung Merdeka, Bandung (12/7).
Forum ini menjadi momentum penting bagi gerakan pemuda Indonesia untuk menyuarakan solidaritas terhadap Palestina sekaligus mengecam keras agresi Israel yang terus berlanjut.Gedung Merdeka bukan sekadar tempat bersejarah.
Tujuh puluh tahun lalu, di tempat ini, para pemimpin bangsa dari Asia dan Afrika melahirkan Dasa Sila Bandung dalam Konferensi Asia Afrika 1955.
Salah satu silanya, yang ketiga, menegaskan bahwa menghapuskan segala bentuk penjajahan di atas dunia harus menjadi cita-cita semua bangsa yang merdeka.
“Pernyataan itu masih relevan dan mendesak hingga hari ini,” tegas Fadhil Mahdi, Ketua DPP IMM Bidang Hubungan Luar Negeri.
“Kita tidak bisa diam ketika Palestina terus dijajah. IMM menolak bungkam. IMM menolak lupa. Kita membela Palestina melalui kekuatan suara, data, diplomasi publik, dan tekanan moral.”
Dukungan terhadap gerakan pemuda juga datang dari Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI yang hadir dalam konferensi. Dalam sambutannya, Ketua BKSAP menegaskan bahwa dari seluruh peserta Konferensi Asia Afrika, hanya Palestina yang belum merdeka.
“Ya, kita masih berhutang untuk itu,” ucapnya, mengingatkan bahwa cita-cita Bandung belum sepenuhnya selesai. IMM menegaskan bahwa perjuangan untuk Palestina bukan sebatas tren sesaat atau kampanye media sosial yang cepat menguap.
“Ini bukan soal gaya hidup digital. Ini adalah amanat sejarah, perintah moral, dan panggilan kemanusiaan,” lanjut Fadhil. Oleh karena itu, perjuangan harus hadir dalam ruang diskusi, aksi nyata, dan narasi diplomatik.
Sebagai bentuk konkret, IMM merumuskan tiga jalur strategis untuk menghidupkan kembali semangat Dasa Sila Bandung:
- Diplomasi Publik, IMM mendorong narasi dan advokasi pro-Palestina di berbagai forum nasional dan internasional, guna memperluas simpati global serta menekan opini publik dunia.
- Tekanan Moral Publik (Public Pressure), IMM menyerukan boikot terhadap produk dan institusi yang terafiliasi dengan pendudukan Israel. Boikot bukan sekadar pilihan konsumtif, tapi bentuk tanggung jawab etis generasi muda Muslim.
- Literasi dan Advokasi Digital, IMM berkomitmen menyebarkan pengetahuan lewat diskusi, publikasi, dan kampanye digital untuk membongkar propaganda, menyajikan data, dan membangun kesadaran publik tentang akar konflik yang sebenarnya.
“Kita mungkin tak memanggul senjata, tapi kita bisa memegang pena, data, dan algoritma. Satu narasi bisa menembus batas propaganda. Satu fakta bisa meruntuhkan kebohongan sistemik,” kata Fadhil.
IMM juga mendesak pemerintah Indonesia tetap konsisten menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan tidak tunduk pada tekanan normalisasi hubungan dengan Israel selama belum ada kemerdekaan sejati bagi Palestina. Normalisasi semacam itu, menurut IMM, adalah bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai Dasa Sila Bandung.
Fadhil menyerukan kepada seluruh kader IMM dari daerah hingga komisariat. IMM menyerukan agar solidaritas terhadap Palestina tidak hanya hidup dalam wacana, tetapi hadir dalam tindakan nyata sesuai kapasitas masing-masing.
Jika dahulu Bandung menjadi saksi lahirnya semangat antikolonialisme dunia, maka hari ini, IMM kembali berdiri di Bandung untuk meneguhkan janji sejarah itu. Selama masih ada satu bangsa yang dijajah, maka tidak ada satu pun bangsa yang benar-benar merdeka.