AHMADDAHLAN.ID, YOGYAKARTA – Dalam ajaran Islam, arah kiblat tidak hanya menjadi penentu arah salat, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam sebagai simbol ketaatan kepada Allah SWT. Arah menuju Ka’bah di Makkah ini bukan sekadar penunjuk geografis, melainkan bagian penting dari berbagai praktik ibadah lainnya.
Berikut ini adalah lima ibadah atau situasi lain selain salat yang juga terkait dengan arah kiblat, lengkap dengan dalil-dalil dari hadis Nabi Muhammad SAW:
1. Penguburan Jenazah
Dalam proses pemakaman, Islam mengatur agar jenazah diletakkan miring ke kanan dan menghadap kiblat. Ini ditegaskan dalam hadis riwayat Abu Dawud yang menyebutkan Ka’bah sebagai kiblat kaum Muslimin baik dalam keadaan hidup maupun setelah wafat.
“…kiblat kalian, baik dalam keadaan hidup maupun mati.”
[HR. Abu Dawud]
Pengaturan ini menjadi bentuk penghormatan terakhir terhadap jenazah sebagai hamba Allah yang tetap menghadap kepada-Nya bahkan setelah meninggal.
2. Melempar Jumrah
Dalam ritual haji, salah satu momen penting adalah melempar jumrah. Setelah melakukan lemparan, para jamaah—sebagaimana dicontohkan oleh Abdullah bin Umar—berdiri menghadap kiblat, berdoa, dan mengangkat tangan, meneladani langsung perbuatan Nabi SAW.
“…kemudian berdiri menghadap kiblat cukup lama, berdoa dan mengangkat tangannya…”
[HR. Bukhari]
Ini menunjukkan bahwa setelah melaksanakan ritual fisik, spiritualitas tetap ditautkan dengan arah suci kiblat.
3. Berdoa dan Berzikir
Rasulullah SAW mengajarkan agar saat berdoa, termasuk ketika memohon hujan (salat istisqa’), dilakukan dengan menghadap kiblat. Arah ini menjadi sarana menyambungkan hati secara fokus kepada Allah, sebagaimana dicontohkan beliau dalam hadis dari Abdullah bin Zaid.
“…lalu beliau menghadap kiblat dan membalikkan selendangnya.”
[HR. Bukhari]
4. Menyembelih Hewan Kurban
Salah satu sunnah saat menyembelih hewan kurban adalah menghadapkannya ke arah kiblat sebelum disembelih. Ini dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW saat berkurban, sebagaimana diceritakan dalam hadis dari Jabir bin Abdullah.
“…ketika beliau telah menghadapkan keduanya, beliau mengucapkan: ‘Innii wajjahtu…'”
[HR. Abu Dawud]
Tindakan ini mengingatkan bahwa kurban bukan hanya tindakan sosial, tetapi ibadah yang sepenuhnya diarahkan kepada Allah.
5. Buang Hajat
Meskipun bukan ibadah dalam arti formal, buang hajat tetap diatur dalam Islam agar tidak menghadap atau membelakangi kiblat. Ini mencerminkan adab dan penghormatan terhadap arah suci.
“Jika kalian buang hajat, jangan menghadap atau membelakangi kiblat…”
[HR. Bukhari dan Muslim]
Arah kiblat tetap dijaga bahkan dalam aktivitas sehari-hari, sebagai bentuk kesopanan terhadap simbol keimanan.
Secara keseluruhan, arah kiblat dalam Islam bukan hanya orientasi dalam salat, tetapi juga landasan simbolik dan spiritual dalam berbagai aspek kehidupan umat Muslim. Menghadap kiblat mencerminkan sikap tunduk, taat, dan pengakuan terhadap tauhid, serta memperkuat rasa kebersamaan umat dalam satu arah menuju Allah SWT.