Yogyakarta – Agustus 2025 – Tradisi tafsir dalam Muhammadiyah bukan sekadar peninggalan masa lalu. Ia adalah warisan intelektual yang terus hidup, tumbuh dari zaman ke zaman. Dari lisan Kiai Dahlan hingga pena generasi ulama kontemporer, dari tafsir yang berpijak pada amal hingga yang merespons tantangan zaman, perjalanan ini terus berlanjut.
Sejak awal abad ke-20, gerakan tajdid Muhammadiyah telah menjadikan tafsir sebagai medium dakwah yang membumi. Tafsir awal Kiai Haji Ahmad Dahlan lahir dari praktik hidup sehari-hari, bukan dari menara gading. Kemudian muncul Tafsir Al-Qur’an; Djoez Ke Satoe, sebuah karya kolektif dengan pendekatan tematik yang sederhana namun relevan dengan persoalan umat.
Pada era 1970–1980-an, muncul tafsir personal dari tokoh-tokoh besar seperti HAMKA dengan Tafsir Al-Azhar dan Hasbi Ash-Shiddieqy melalui Tafsir Al-Bayan. Keduanya menyampaikan pesan Al-Qur’an dalam bahasa yang hidup dan kontekstual, menyapa realitas masyarakat Indonesia.
Memasuki dekade 1990-an, kecenderungan tafsir di Muhammadiyah semakin berkembang sebagai alat dialog sosial. Tafsir tidak hanya menjadi renungan spiritual, tetapi juga sarana menjawab isu-isu kebangsaan, seperti toleransi antarumat beragama dan keadilan sosial.
Puncaknya, pada tahun 2015, diluncurkan Tafsir At-Tanwir—karya kolektif para ulama dan akademisi Muhammadiyah yang menggabungkan pendekatan tahlili (analisis ayat per ayat) dan maudhui (tematik). Isinya mencakup berbagai aspek kehidupan: ibadah, sosial, ekonomi, hingga keilmuan.
Kini, Majelis Tarjih dan Tajdid mengundang seluruh pencinta ilmu dan pembaruan untuk ikut serta dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah III, yang akan berlangsung pada 28–30 Agustus 2025 di Yogyakarta.
Acara ini melanjutkan dua konferensi sebelumnya dan bertujuan merekrut para penulis potensial untuk melengkapi Tafsir At-Tanwir Juz 25–30, sekaligus menyusun arah kerja tafsir ke depan.
Tujuan utama konferensi ini antara lain:
-
Membangun jejaring mufasir Muhammadiyah lintas daerah dan disiplin;
-
Menjaring penulis baru yang kompeten dan berkomitmen;
-
Menyusun strategi percepatan penyelesaian Tafsir At-Tanwir;
-
Menentukan tema dan penulis untuk Juz 25–30 periode 2025–2026.
Konferensi ini terbuka bagi siapa saja yang mencintai Al-Qur’an dan pembaruan pemikiran Islam—baik akademisi, guru, mahasiswa, ulama muda, maupun penulis independen.
Menulis tafsir bukan sekadar kerja keilmuan; ia adalah bentuk nyata dari dakwah dan gerakan tajdid. Melalui tafsir, kita menyambung napas dakwah Muhammadiyah dalam menjawab tantangan zaman.
Bagi yang berminat untuk ikut serta dalam konferensi ini, silakan mendaftar melalui tautan resmi:
🔗 https://konferensimufasir.tarjih.or.id/pendaftaran
Tafsir bukan hanya ilmu. Ia adalah misi dakwah. Ia adalah jalan pembaruan. Mari menulis bersama Muhammadiyah.
Jika kamu ingin versi lebih pendek, untuk brosur, media sosial, atau kampanye promosi acara, saya juga bisa bantu buatkan!