Sidoarjo – 13 Juli 2025 – Dalam upaya memperkuat ukhuwah Islamiyah dan mendukung perjuangan melawan ketidakadilan, Muhammadiyah menegaskan komitmennya untuk terbuka dalam menjalin kerja sama lintas negara dan mazhab, selama tetap menjaga prinsip dasar keislaman, seperti keutuhan akidah dan tauhid.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, dalam pengajian Ahad pagi yang digelar oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tulangan, Sidoarjo. Dalam kesempatan tersebut, Syafiq membahas isu-isu geopolitik di Timur Tengah, termasuk ketegangan antara Iran, Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara Teluk.
Syafiq menjelaskan bahwa Muhammadiyah tidak menutup diri terhadap interaksi dengan ulama dan tokoh Islam dari berbagai negara, termasuk Iran. Kunjungan dan dialog antarulama telah dilakukan, baik dengan Iran maupun negara lainnya. “Selama prinsip dasar Islam tetap sejalan, maka kami memandang mereka sebagai saudara seiman,” ujarnya.
Merujuk pada pengalamannya saat menempuh studi di Amerika Serikat, Syafiq menguraikan bahwa mazhab Syiah bukanlah satu kelompok yang monolitik. Ia membaginya menjadi tiga tipe: kelompok ekstrem, moderat, dan liberal. Kelompok moderat, menurutnya, memiliki kesamaan yang cukup dekat dengan tradisi Ahlussunnah wal Jamaah, terutama dalam hal akidah dan praktik-praktik utama Islam.
Pengalaman pribadinya saat berkunjung ke Iran menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan dalam praktik ibadah seperti gerakan salat, kesamaan dalam hal pokok seperti penyembahan kepada Tuhan yang sama, pengakuan terhadap Nabi Muhammad, dan penggunaan Mushaf Usmani sebagai Al-Qur’an, menjadi dasar kuat untuk menjalin kerja sama dan solidaritas.
Lebih lanjut, Syafiq juga mengangkat pentingnya forum-forum internasional yang mempertemukan ulama Sunni dan Syiah. Ia mencontohkan keikutsertaannya dalam Konferensi Persatuan Islam Internasional yang berlangsung di Riyadh dan Bahrain pada awal 2025. Dalam forum tersebut, para pemuka agama dari berbagai mazhab duduk bersama untuk berdialog dan mempererat persaudaraan.
“Persatuan antarumat Islam merupakan kebutuhan mutlak hari ini. Kita harus bersatu untuk menghadapi ketidakadilan, mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, dan membangun peradaban Islam yang lebih maju,” tegasnya.
Syafiq juga menekankan bahwa konteks hubungan Sunni dan Syiah masa kini berbeda jauh dari konflik historis pada abad ke-10 dan ke-11. Sebagai seorang akademisi, ia menyatakan telah melakukan studi langsung atas dinamika relasi tersebut, untuk memberikan pemahaman yang objektif dan mencerahkan bagi umat.